Jadwal tidur yang tidak konsisten atau kurangnya porsi tidur dapat meningkatkan risiko terserang diabetes tipe 2.
Peneliti dari Brigham and Women's Hospital di Boston memantau 21 orang dewasa sehat yang diminta tinggal di laboratorium selama percobaan. Selama tiga minggu, partisipan dijadwalkan untuk tidur kurang dari 6 jam perhari dan tidur terlambat setiap harinya.
Hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan partisipan untuk mengatur kadar gula darahnya menjadi terganggu sehingga mungkin bisa saja partisipan mengidap diabetes jika percobaannya dilanjutkan.
"Kadar glukosanya tinggi untuk waktu yang lama, bahkan naik ke tingkat pra-diabetes pada beberapa partisipan," tulis peneliti dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Science Translational Medicine tersebut.
Penelitian baru ini menunjukkan bahwa kadar hormon berubah seiring dengan kurangnya jam tidur yang mungkin membantu menjelaskan bagaimana kaitan hal itu dengan obesitas dan penambahan berat badan, kata Fonseca.
Dalam studi, peneliti melakukan tes darah untuk mengukur kadar beberapa hormon, termasuk insulin, kortisol (yang dikaitkan dengan stres), leptin dan ghrelin (yang dikaitkan dengan pengaturan nafsu makan).
Peneliti menemukan bahwa jadwal tidur yang terganggu mengakibatkan 32 persen pengurangan jumlah insulin sebagai kunci pengaturan gula darah yang dikeluarkan dalam tubuh setelah makan.
Pengurangan kadar insulin adalah satu penjelasan tentang bagaimana gangguan atau kurangnya jam tidur bisa mengakibatkan diabetes, kata Lisa Rafalson, profesor kedokteran pediatri dan keluarga di University of Buffalo.
"Gangguan tidur kronis yang sedang berlangsung menunjukkan adanya semacam cedera pada tubuh dari waktu ke waktu," kata Rafalson.
Hormon stres yang membuat tubuh terjaga dapat menghilangkan keseimbangan hormon. "Insulin tidak dapat melakukan pekerjaannya secara efisien sehingga Anda akhirnya mendapatkan glukosa berlebihan yang tersisa dalam aliran darah," katanya.
Sebaliknya, penemuan baru ini meragukan gagasan lainnya bahwa nafsu makan yang naik akibat kurang tidur dapat menjelaskan alasan meningkatnya risiko diabetes.
Peneliti menegaskan bahwa tidur yang tidak cukup menyebabkan kadar hormon ghrelin lebih tinggi sehingga nafsu makan naik namun kadar hormon leptinnya lebih rendah sehingg memberi sinyal kenyang pada otak, kata Rafalson. Namun dalam studi baru ini peneliti tidak melihat adanya perubahan dalam kadar hormon.
Peneliti pun perlu untuk memahami apakah ada solusi untuk mencegah kenaikan resiko diabetes disamping menambah jam tidur, kata Foncesa.
"Realitanya adalah banyak orang yang tidurnya terganggu karena kondisi pekerjaan. Kami perlu mengidentifikasi apakah ada hal lain yang bisa mereka lakukan untuk memperbaikinya," katanya seperti dilansir dari Fox News, Kamis (12/4/2012).
sumber :http://health.detik.com/read/2012/04/12/163323/1891081/763/kurang-tidur-berisiko-diabetes