Search Here

Sabtu, 02 Juni 2012

Legenda Prabu Siliwangi di Lereng Gunung Salak

0 komentar
PESAWAT Sukhoi Superjet-100 yang jatuh di Gunung Salak mengalihkan perhatian semua mata ke kawasan wisata tersebut. Memang, Gunung Salak sejak dahulu dikenal sebagai lokasi penuh mitos dan legenda.
Kawasan wisata Gunung Salak tidak hanya memiliki atraksi wisata alam, namun juga wisata religi. Di lereng gunung ini terdapat sebuah Pura Hindu yang cukup besar, bernama Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Tamansari Gunung Salak.

Di bangunnya pura Salak di daerah ini memang bukan tanpa alasan. Konon, di tanah inilah Prabu Siliwangi sang Raja Padjadjaran yang membawa kemasyuran bagi tanah Sunda, pernah berdiam.

Bahkan, ada yang percaya bahwa di tempat inilah Prabu Siliwangi menghilang bersama para prajuritnya. Hingga akhirnya sebelum membangun pura, umat Hindu memutuskan untuk membangun terlebih dulu candi dengan patung macan berwarna putih dan hitam. Pura dibangun sebagai penghormatan terhadap Kerajaan Padjadjaran, Kerajaan Hindu terakhir di tanah Parahyangan.

Pura terbesar secara fisik dan konsep berada di bumi suci, Parahyangan (Para Hyangan), Bogor. Diyakini di sinilah tempat petilasan Prabu Siliwangi, raja paling masyhur dan paling dipuja.

Lereng Gunung Salak, simbol Maha Meru, merupakan tempat bersemayam para dewa. Pura ini dibangun untuk menghormati Prabu Siliwangi beserta para prajuritnya yang konon menjelma menjadi macan yang menjaga tanah Sunda. Konon, dulu sering terjadi hal-hal gaib di wilayah ini yang berhubungan dengan Prabu Siliwangi, raja masyur dari Kerajaan Hindu terakhir di Jawa Barat.

Sebelumnya pada 1981, lokasi itu dikenal sebagai Batu Menyan, batu yang mengeluarkan asap dupa setiap hari. Konon di batu itu pula, acap kali masyarakat melihat cahaya putih, sinar terang, dari langit turun ke batu. Juga rumput-rumput  yang bersinar terang.

Awal pembangunan dilakukan pada 1995 dengan mendirikan sebuah candi sederhana. Pura ini dibangun secara lengkap. Bagian Utamaning Mandala dibangun, antara lain Bale Pesamuan Agung, Padmasana, Bale Pepelik/Pengruman, Pengeluran Agung, Taksu Agung,  Patirtaan, dan Candi. Di bagian Utama Mandala akan dibangun antara lain Bale Panggungan,  Bale Agung, Bale Peselang, Bale Pawedan/Gajah,  Bale Gegitaan,  Bale Raringgitan,  dan Kori Agung. Di bagian Madya Mandala dibangun Pengapit Lawang,  Pesimpangan Dalem Peed, Bale Gong dan Bale Pengambuhan, Pasandekan Sulinggih,  Bale Kulkul, serta Candi Bentar.

Sementara di bagian Nista Mandala dibangun antara lain Wantilan, Bale Paebatan, Bale Paninjon, Candi Bentar, dan Pasandekan. Di Nistaning Nista dibangun kamar mandi dan parkir.Semoga menambah wawasan kita semua
 

Leave a Reply