Mencintai sejarah Indonesia sama saja belajar sejarah dan belajar cinta tanah air. Yuk kita cek film2 perjuangan kita
JANUR KUNING
Janur Kuning. Film produksi tahun 1979 in layak untuk ditonton. Dulu film ini sering di putar di TVRi. Janur Kuning, merupakan film yang menceritakan tentang Kisah peperangan di Yogya yang juga di kenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret, dimana terlibat banyak tokoh seperti Soeharto, Jenderal Sudirman dan tokoh-tokoh heroik lainnya seperti Komarudin yang di perankan oleh Amak Baldjun.. Film ini mengetengahkan perjuangan fisik di sekitar penyerbuan lapangan udara Maguwo oleh Belanda, dan perebutan kota Yogya yang di pimpin oleh Letkol Soeharto. Soeharto menjadi tokoh sentral di film ini meski tidak secara utuh.
JANUR KUNING:
BANDUNG LAUTAN API
Film tahun 1974. Bandung Lautan Api merupakan salah satu film Perjuangan yang dimiliki oleh insan perfilman Indonesia. Film ini di bintangi oleh Dicky Zulkarnaen dan Christine Hakim. Kisah berlatar belakang peristiwa 24 Maret 1946 di Bandung yang membuat kota ini seperti lautan Api. Adegan peperangan antara Indonesia – Belanda, juga di bumbui dengan konfilk Nani (Christine Hakim) gadis palang Merah yang menaruh hati pada temannya, namun Nani sendiri di taksir oleh komandan Kompi Hidayat (Dicky Zulkarnaen). Sebuah film perang dengan dibumbui cinta dua anak manusia.
Bandung lautan api:
MEREKA KEMBALI
Mereka Kembali, Tragedi Siliwangi, merupakan film tahun 1972 yang dibintangi oleh Sandy Suwardi Hassa, Rahayu Effendi dan Rina Hashim. Film karya sutradara Nawi Ismail ini mengisahkan tentang perjalanan panjang atau Long March divisi Siliwangi dari Yogya kembali ke Bandung, Jawa barat saat gagalnya perjanjian Renville 18 Desember 1948. Panglima Sudirman memerintahkan Divisi Siliwangi untuk kembali, perjalanan panjang atau long march ini penuh dengan derita dan hambatan dari belanda maupun menghadapi gerombolan Daarul Islam yang saat itu sedang berkembang.
Mereka Kembali:
PAHLAWAN GOA SELARONG
Pahlawan Goa selarong di produksi pada tahun yang sama denga mereka Kembali, yakni tahun 1972 karya sutradara Lilik Sudjio. Kisah berawal dari kecemasan Pangeran Di ponegoro karena tindakan patih danurejo yang mengakibatkan sengsara rakyat karena pajak di naikkan. Diponegoro akhirnya keluar dari keraton untuk bergabung dengan pejuang Sentot Alibasya. Film ini menurut penulis cukup membingungkan dan membosankan.
PAHLAWAN GOA SELARONG:
SURABAYA 45
Surabaya 45 merupakan film perlawanan heroik pejuang-pejuang Surabaya ketika Belanda mengibarkan bendera Mereka di hotel Yamato namun pemuda-pemuda Surabaya dapat merobek dan menurunkan bendera Belanda dan digantikan dengan Bendera Merah Putih
Surabaya 45:
NOVEMBER 1828
November 1828 merupakan salah satu film karya sutradara besar Teguh Karya. Film produksi 1978 ini berlatar kisah peperangan Diponegoro. Ditengah suasana perang Diponegoro Kapiten De Borst (Slamet Rahardjo), seorang indo sangat ingi membuktikan diri sebagai Belanda yang murni. Untuk membuktikannya ia harus berhasil menangkap Sentot Prawirodirdjo otak peperangan Diponegoro. Segala cara ia lakukan termasuk menyandera anak dan istrinya.
November 1828:
RA KARTINI
RA Kartini sebuah film perjuangan RA kartini untuk memuwujudkan cita-citanya, RA Kartini sebagai seorang pejuang wanita yang berani mendobrak adat dan budaya tentang wanita itu sendiri. Film ini cukup panjang. RA Kartini di bintangi oleh artis Jenny Rachman .
RA Kartini:
CUT NYAK DHIEN
Cut Nyak Dhien dengan bintang utama Christine Hakim adalah merupakan tokoh pejuang wanita asal Aceh. Perjuangan Cut Nyak Dhien menghadapi Belanda yang ia himpun akhirnya harus patah setelah di khianati oleh kawannya sendiri.
Cut Nyak DHien:
PASUKAN BERANI MATI
Barry Prima, tidak hanya sekedar bermain film laga, namun ia juga bermain di sebuah film perjuangan. Film produksi 1982 ini merupakan Sebuah romantika perang revolusi kemerdekaan. Ada penduduk gagah berani, ada maling yang jadi nekat, ada dendam, ada tentara kecut tapi lalu nekat, ada pengkhianat, ada pedagang yang hanya mementingkan diri. Sebuah gambaran klise. Batalyon pimpinan Kapten Bondan (Dicky Zulkarnaen) yang menyatu dengan rakyat bergerilya hingga merepotkan Belanda. Dengan berbagai upaya termasuk kelicikan, Belanda akhirnya bisa tahu tempat persembunyian batalyon itu. Maka porak-porandalah batalyon itu diserbu. Kapten Bondan meninggal. Enam sisa pasukannya dan seorang penduduk yang selalu mendukung perjuangan tentara secara spontan membentuk pasukan berani mati. Mereka menyerbu markas Belanda dan ganti memorak-morandakan markas itu dengan imbalan kematian nekat mereka.
Pasukan Berani Mati:
PERAWAN DI SEKTOR SELATAN
Karena sakit hati akan perlakuan gerilyawan republik hingga ibunya meninggal, Laura memihak Belanda dan diselundupkan sebagai mata-mata ke pasukan Kapten Wira (Kusno Sudjarwadi) di Sektor Selatan, suatu daerah pedalaman terpencil. Laskar rakyat ini selalu merepotkan Belanda. Laura menyamar sebagai Fatimah dan mengaku kakak anggota Laskar yang ditawan Belanda. Ia berhasil membuat diperebutkan beberapa anggota Laskar, sementara antara Wira dan Kobar (Lahardo), juga terjadi pertentangan karena sikap Kobar yang main babat, senang perempuan dan berjudi.
Konflik ini memuncak dengan pengepungan Kobar atas markas Wira. Melihat situasi ini, lewat penghubungnya Laura mengundang pesawat Belanda menyerbu dan membebaskan ahli perang urat syaraf yang ditawan Wira. Merasa diketahui penyamarannya, Laura lari dan akhirnya tewas di pelukan Rengga (Dicky Zulkarnaen), anggota Laskar yang dicintainya. Laura yang jadi titik sentral cerita, paling lengkap informasinya, yang disampaikan dengan cara sorot balik pada adegan-adegan penting.
Perawan Di sektor selatan:
KERETA API TERAKHIR
Sebuah kisah dengan latar belakang gagalnya Perjanjian Linggarjati, yang tentu didekati dengan sikap romantik, baik terhadap kepahlawanan, maupun kisah cinta di baliknya. Markas Besar tentara di Yogya memutuskan untuk menarik semua kereta api yang ada ke Yogya. Alat angkut ini penting untuk transportasi. Untuk itu ditugaskan Letnan Sudadi (Rizawan Gayo), Letnan Firman (Pupung Harris), dan Sersan Tobing (Bangun Sugito) untuk mengawal semua kereta yang akan diberangkatkan dari stasiun Purwokerto, dengan kerja sama Kol. Gatot Subroto (Soendjoto Adibroto). Sudadi mengawal kereta yang pertama, Firman dan Tobing mengawal kereta terakhir. Perjalanan kereta terakhir yang penuh hambatan ini yang jadi pokok cerita: pengungsi yang memadati kereta, serangan-serangan Belanda, dll. Diutarakan juga kepahlawanan para pegawai kereta api, terutama kondektur Bronto (Deddy Sutomo). Dan diselipkan kisah cinta antara Firman dan dua Retno yang ternyata merupakan gadis kembar.
Kereta Api Terakhir:
PENGKHIANATAN G 30 S PKI
Pengkhianatan G 30 S/PKI disutradarai oleh Arifin C Noor.
Film ini paling laku di Indonesia karena paling sering di putar di TVRI masa Orde baru. Namun sayang karena dianggap melenceng dari sejarah film ini di hentikan pemutarannya sekarang.
Terlepas dari kontroversi yang ada, film ini layak di tonton mengingat korban kebiadaban PKI pada jamannya yang telah membunuh para Jenderal yang di beri gelar pahlawan revolusi.
Pengkhianatan G 30 S PKI:
OPERASI TRISULA/PENUMPASAN SISA SISA PKI BLITAR
Sebuah usaha mengisahkan kembali penumpasan anggota gerakan G-30-S PKI yang melarikan diri dari Jakarta dan berbagai daerah. Mereka ini kemudian bertahan dan menyusun gerakan dari wilayah tandus, berbukit, dan bergua-gua di Blitar Selatan. Mereka dilukiskan merampok, melakukan sabotase dan meresahkan penduduk. Sebuah operasi militer dengan sebutan Operasi Trisula dibentuk untuk membasmi mereka. Pelukisan dalam film terlampau sederhana dan hitam-putih, hingga lebih terasa sebagai propaganda dibanding maksudnya sebagai sebuah dokudrama
Operasi Trisula:
Masih banyak film2 perjuangan lainnya seperti Doea Tanda mata, Lebak Membara, Serangan Fajar, 6 Jam di Jogya. untuk Lebak Membara dan SF
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=13348993